Tiga Arena

Pernikahan adalah momentum penting. Sementara bertunangan adalah saat paling genting. Beruntung, telah melewati peristiwa sejam ini dengan lancar bercucur keringat dan bau badan.

Status saya “Menikah”. Jelas beda dengan status “Lajang”. Perbedaan status ini bukanlah menunjukkan gengsi atau membedakan kasta. Saya tetap hormat dan respect pada teman-teman yang menyandang status kedua. Saya juga paham, terutama pada malam minggu, status melajang adalah mendulang penderitaan. Tidak kasat mata, tetapi nyata menyiksa.

Lepas dari pergeseran status, saya sendiri menerima konsekuensi. Mengutip kata Abah Enju Rinekapalwa “Orang yang sudah menikah, bahagianya lebih dari yang lajang. Tetapi juga memiliki masalah yang lebih banyak.” Tentu saja, konsekuensi itu harus diterima dengan sering-sering berefleksi dan mengukur penggunaan waktu agar tidak terlalu kewalahan.

Pasca menikah, saya memutuskan untuk membagi arena hidup saya pada tiga hal. Keluarga, Kerjaan dan Hobi. Ketiga arena itu tidak bisa saya abaikan.
Sebagai sebuah institusi terkecil di dalam struktur sosial, saya menganggap keluarga adalah hal pertama yang harus diberi perhatian. Perioritas ini sangat masuk akal. Bagi saya keluarga adalah rumah tempat ternyaman sekaligus tempat yang selalu mendorong untuk kembali. Senyum, flat dan cemberut isteri adalah kemewahan. Belum lagi, saat ini saya sedang menunggu kelahiran anak pertama. Terbayang sudah, kebahagiaan yang tercipta saat bersama istri dan anak kelak. Membayangkannya saja sudah bahagia. Apalagi bila saya diberi kesempatan untuk memiliki anak sebanyak-banyaknya.

Di belakang konsekuensi menanti. Sebagaimana sering orang bilang, memiliki anak akan lebih sibuk dan tambah stres. Saya pun dapat menerkanya. Saya hanya berharap, apapun yang terjadi pada saat anggota keluarga menjadi banyak, saya akan berusaha tetap jadi anak pramuka ; rajin menjalankan kegiatan krumahtanggaan, terampil mendidik anak dan gembira bersama mereka.

Kerjaan
Terus terang ini menjadi dilema sendiri. Setiap orang tampaknya selalu berharap pekerjaan sesuai passion. Inginnya, pekerjaan mendapatkan penghasilan sebanyak-banyaknya dengan waktu kerjaan sedikit agar lebih banyak waktu untuk keluarga. Walaupun pada kenyataannya, pekerjaan menghabiskan waktu lebih banyak, lebih menyibukkan, lebih menyedot banyak energi dan terkadang harus mengorbankan keluarga.

Titik dilemanya ada pada niat awal bekerja. Untuk keluargalah  tiap orang perlu bekerja agar kebutuhan tercukupi. Akan tetapi, malah kebutuhan keluarga kerap terabaikan gara-gara bela-belain kerja. Begitu terus. Dilema ini menimpa hampir seluruh spesies manusia di abad ini. Karena itu, kerjaan terbaik adalah yang bisa sangat fleksibel dan tidak terlalu banyak mengambil waktu untuk keluarga.

Hobi
Saya percaya, tanpa hobi siapapun akan stres. Hobi terbaik adalah bekerja. Sekali gunakan waktu, dua hal ini terlaksana. Akan tetapi, berapa persen manusia di bumi yang memiliki nasib seberuntung ini? Tentu saja sangat sedikit. Umumnya, hobi justru bertolakbelakang dengan kerjaan. Jika bekerja mencari penghasilan, hobi umumnya menghabiskan hasil dan menukarnya dengan kesenangan. Ada banyak vasiasi tentang hobi. Tiap sidik jari memiliki perspektif yang berbeda tentang hobi ini. Saya lebih menganggapnya sebagai hal yang menyenangkan. Jika tidak terlaksana, akan sangat memusingkan.
Setelah berefleksi di lereng Galunggung dan melakukan meditasi di Goa Lanang, saya meyakini hobi saya adalah berkomunitas. Karena itu, sejak zaman jebet (2006 silam), saya berkomunitas tiada henti. Sampai pada akhirnya harus merambah ke ranah formal dengan mengembangkan sebuah SMK di Parigi Pangandaran. Mengelola sekola adalah hobi? Ya betul. Hobi yang menurut istri saya menghabiskan lebih banyak energi karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.

Saya tidak dalam rangka menjelaskan atau curcol soal hobi saya yang mahal itu. Mahal, karena setiap minggu saya harus mengunjunginya walau jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal saya. Untuk menambah keterangan seberapa mahal hobi itu, nanti saya buatkan artikel berbeda.

Terima kasih sudah membaca.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »