Kilas Si Kumis

Baharzah Martin

Orang ini saya kenal sejak ia masuk kampus di Mampang, nama aslinya Aa Saepudin. Kini nama kerennya berubah menjadi Baharzah Martin. Nama singkatan kedua orang tuanya. Buka kegenitannya di Instagram @baharzahmartin

Dia yang mengenalkan saya pada Charlie Caplin  yang pernah singgah di Swiss Van Java alias Garut. Segala hal tentang Garut dan perubahan signifikan terhadap perkembangan audio visual di sana, orang ini sedikit banyak memberi warna.

Bersama beberapa saudara dan kawan dekatnya, Si Kumis, panggilan akrabnya yang lain, membuat genre video yang menarik. Buka saja akunnya.

Beberapa hal yang patut  saya syukuri adalah, ia terlibat langsung pada saat deklarasi Komunitas Belajar Sabalad pada penghujung Januari 2013 di Parigi, Pangandaran. Saat itu, ia memberi kejutan pada hadirin yang hadir dengan aksi panggungnya yang kocak. Cerita singkatnya, ia masuk ke dalam kardus, lalu bermonolog. Bagi orang Pangandaran, hal itu sangat baru. Baru!

Lalu ia pentaskan teater berkolaborasi dengan para pegiat Sabalad yang lain. Anda bisa melihatnya di sini.

Sosok humoris ini tak pernah saya masukan peringkat orang penting. Tapi karena pertimbangan yang rasional dan politis, saya menempatkannya sebagai sosok penting dalam hidup saya. Rasional karena ia mahasiswa filsafat yang cenderung berfilsafat dalam naskah filmnya juga dalam kegidupan sehari-harinya. Politis, karena bersama dengannya akan menjadi ikut populer di kalangan dede-dede gemes yang sering berfoto dengannya. Walau sampai saat ini dengan drama dan air mata sekalipun, ia tak mampuh menaklukan perempuan manapun.

Jika saya kasih peringkat, dia adalah manusia dengan nomor 7. Keuntungan bersamanya adalah dia lebih punya nyali dan rasa peduli daripada yang lain. Setiap bulan, dia menyumbang 250 rebu sebagai Kakak Asuh di Kelas Multikultural. Keuntungan yang lain adalah, saya bisa bersamanya dalam imaji. Sama-sama jadi ideal di tanah tandus bernama realitas.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »