Pesan Mang Udin untuk Presiden

Saya punya cerita…

Kemarin, Mang Udin memanggil dari kejauhan. Setelah dihampiri ia bilang “kalau ketemu SBY nanti, tolong sampaikan pesan Mang Udin, jangan ngimpor beras ya..”. Tanpa berpikir panjang, aku iyakan.

Setelah di bis menuju Jakarta, aku baru berpikir panjang soal pesan Mang Udin . Setelah dipikir-pikir, penting juga pesan Mang Udin itu. Hal-ihwal impor beras, memang merugikan petani serupa Mang Udin.

Di kampungnya, Mang Udin mati-matian menghindari pemakaian pupuk kimia dan pestisida demi kesehatan padi yang ditanamnya. Selain itu, Mang Udin tak kalah rajin dengan pekerja lain untuk merawat tanaman padi, terlebih saat kemarau terjadi di pertengahan masa tanam.

Mang udin juga tidak kalah sabar saat menanti hujan di awal masa panen. Terlebih saat menghadapi lebaran dan anaknya naik kelas. Diketahui belakangan, kebutuhan Mang Udin serupa kebutuhan pegawai negeri lain. Yang lain dari Mang Udin , dia berharap gajinya dari sawah yang ia andalkan. Dimana sawahnya sangat bergantung dengan perubahan iklim yang bukan disebabkan karenanya.

Untuk menjadi petani seperti kebanyakan, Mang Udin cukup menerima nasib karena pekerjaan lain tak mungkin didapat. Ini pun dengan berbagai syarat, satu diantaranya mesti membagi hasil tanam dengan sang majikan pemilik sawah. Mang Udin memang tak kenal gengsi, meskipun ada perasaan dihatinya gengsi melihat anaknya sendiri jadi petani seperti dia. Bukan karena pekerjaannya menanam padi, Mang Udin gengsi jika anaknya mengelola tanaman di tanah orang, bukan tanahnya sendiri. Tentu saja, karena tak punya tanah. Dia juga tak tahu undang-undang soal agrarian.

Dari perawakan, Mang Udin cukup kuat memanggul pupuk dari kandang ternak. Soal beban berat, ia pilih memanggul daripada berhutang bensin pada tetangganya yang punya kendaraan. Dilihat dari lama kerjanya, cuma Mang Udin yang keluar rumah sejak subuh dan kembali menjelang malam dengan keadaan punggung pegal-pegal. Mang Udin yang lain, bisa jadi encok dan kelelahan. Obat mujarab agar fisiknya kembali segar adalah mandi, tidur dan makan seadanya.

Mang Udin cukup pandai dalam berdiplomasi dan terkenal amat sopan. Jika bertemu orang yang bekerja dikantor atau kontraktor, ia tidak pernah menunjukan keadaan sebenarnya. Ia juga selalu meletakan hormatnya tanpa membusungkan dada seperti orang lain yang sering dijumpainya di sepanjang jalan. Mang Udin tidak pernah mengeluh saat ditanyai pegawai sensus. Walau pekerjaannya tergantung banyak paku. Dalam data sensus ia bekerja sebagai PETANI, semisal petani lain yang berlimpah kebun dan simpanan.

Mang Udin memang cerdas. Cerdas luar biasa. Jika ia hendak membeli makan untuk keluarganya, insting ekonomi di kepala Mang Udin memilih berbelanja bahan lauk bekal makan keluarga. Sementara, ia sudah jarang sekali berbelanja baju. Terlebih untuk dipakai Mang Udin . Maka tak heran, dan semua orang cukup tahu kalau Mang Udin selalu berpakaian lusuh dan tak pernah diganti. Dalam urusan lain, kecerdasan Mang Udin dipakai ketika memilih berbeda dengan manusia senasib dirinya yang rela mengemis demi memperbanyak koleksi baju.

Ingin kutanya Mang Udin , jika ada pekerjaan lain apa dia rela beralih profesi. Tapi rasanya, Mang Udin akan tetap memilih menjadi petani. Tetapi dengan tanah sendiri disertai pantauan cuaca yang akurat dari pemerintah.

Karena itu pesan Mang Udin untuk SBY itu kurang panjang. Harusnya ia juga berpesan soal tengkulak yang berlaku keji disekitar sawahnya. Walau begitu, pesannya untuk tidak ada impor lagi, cukup membebaskan harga padi dari status murah, menjadi lebih ramah, terutama untuk orang di rumah.

Pesan Mang Udin itu, jika dihayati lebih dalam dan dipikirkan rupanya menakjubkan. Kalimatnya, walaupun terdengar biasa ternyata berarti dan patut dihargai. Mang Udin adalah rakyat yang membuat negeri ini bisa utuh dan stabil. Tentu saja bukan untuk dirinya, tetapi untuk rakyat yang lain. Pesannya juga layak ditindaklanjuti dan diperioritaskan karena ia mewakili rakyat kebanyakan. Suaranya lebih jujur dan berisi ketimbang pengamat dan komentator di layar kaca dan di seminar-seminar. Mang Udin , pribadi yang menentukan nasib manusia lain yang merasa sejahtera dengan hasil tani yang dijualnya dengan harga murah.

Duh, maaf beribu maaf Mang Udin . Aku ke Jakarta tak hendak bertemu SBY yang kali ini sedang berulang tahun. Aku pergi untuk tujuan lain. Tapi dengan tulisan ini, semoga pesan-pesanmu tak sia-sia.

Begitulah cerita saya…

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »