Ketika Nurani Diusik Berjuang Untuk Siapa?

Tulisan ini hanya secuil dari pemberontakan rakyat yang merasa dikecewakan oleh tangan keji pejabat yang korup. Aku yakin, semua orang Indonesia menyadari negaranya kini tengah digerogoti tikus berdasi di meja parlemen. Sialnya, orang yang meneriakan hal tersebut malah dicap sebagai pembuat onar, antek komunislah, kepanjangan tangan dari pelaku politik yang kandas ditengah jalanlah. Banyak cara mereka supaya rakyat yang berteriak karena hidupnya terhimpit bisa dikendalikan dan tidak mengganggu kehidupan mereka yang serba mewah.

Aku tidak membenci semua orang yang menduduki jabatan tinggi di pemerintahan. Aku hanya kecewa bagi mereka yang cukup pandai beretorika tapi tak punya keberanian untuk berdiri melawan peluru karet yang diluncurkan dari barat sana. Kasarnya, jauhi Bank Dunia, jauhi IMF, jauhi privatisasi yang hasilnya dimakan orang asing.

Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi upaya sadar diri, mendukung suara hati-nurani bangsa? Kalau tidak dari pemimpinnya, siapa lagi yang harus memulai membangun bangsanya? Kalo tidak melepaskan negeri dari pengaruh bangsa asing, lalu akan seperti apa jadinya tanah air kita nanti?

Rakyat sudah bergerak, rakyat sudah menegur perwakilannya, rakyat sudah berdoa. Sekarang rakyat menunggu, siapa diantara pemimpinnya yang peduli pada jati diri bangsa.

Kesejahteraan bukan hanya tercantum dalam undang-undang. Keadilan bukan sekedar di meja pengadilan. Dan kemerdekaan bukan hanya tulisan tangan. Tapi semua itu harus dibuktikan dengan kenyataan dilapangan. Jika ada rakyat tani kehilangan lahan, berikan! Kija ada anak yang ingin sekolah, sekolahkan! Jika ada buruh yang minta upahnya, bayarkan! Jika ada nelayan menangis dirampas haknya, kembalikan! Pun jika pejabat berbuat culas, adili! bukan dibiarkan.


Ai Nurhidayat

Bangga jadi orang Indonesia

Karena negeri berada ditengah perjuangan


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »