Dalam Sepuluh Menit

Mungkin malam nanti menjadi malam terakhir di 2007. sebelum berpikir di 2008, harusnya kutulis segala kegiatan-kegiatanku dari yang tet-tek bengek hingga hal besar yang jarang kulakukan. Semata hanya untuk ‘peta’ supaya di tahun 2008 nanti aku tak lagi melakukan hal serupa yang begitu menyakitkan dan perlahan menusuk serta membunuhku perlahan.
Tapi itu hal yang tak mungkin. Setidaknya beberapa catatan yang berhasil kusimpan. Pun tak tau dikertas mana saja. Lagi, aku salah, mengoreksi hidupku yang sudah 19 tahun ini hanya diakhir tahun menjelang ‘malam terompet’ berbunyi.
Sekitar 5 menit yang lalu, pandanganku jatuh begitu saja pada tumpukan buku milik saudaraku. Disana terselip buku kecil berwarna hijau. Judulnya ‘Perbarui Hidupmu’ karangan Dr. Muhammad Al-Ghazali. Judul ini mudah kuhafal, soalnya beberapa saat yang lalu ketika aku duduk di pesantren, pak kyai berceramah di acara Kuliah Shubuh dan merujuk sebuah kitab yang dengan bangga ia bacakan judulnya, JADDID HAYATAKA.
Dihalaman terakhir beberapa tokoh sempat disebut. Napoleon, Dale Carnegie, Benyamin Franklin, juga penulis buku ini. Kebetulan bab ini menceritakan ‘koreksi diri anda’, belum kubaca seluruhnya, hanya tahu judul bab dari headernya saja. Sebuah hal menarik ternyata, bahwa mereka tokoh-tokoh yang kusebutkan tadi ternyata telah menulis catatan yang tak pernah hilang dari mejanya tentang kesalahan dan hal-hal yang telah mereka kerjakan sebagai bahan koreksi. H.P Howell yang lupa tak kutulis tadi, seorang pemuka perdagangan di negeri Paman Syam itu menyiapkan malam sabtunya untuk mempelajari seluruh peristiwa yang telah dilakukannya selama satu minggu.
Lebih lagi yang dilakukan mantan presiden dari negeri yang sama ini. Franklin tak pernah lupa ditiap malamnya untuk menganalisa apa yang telah ia lakukan seharian. Bagaimana tidak, karena perlakuan yang harus segera aku tiru itu, Franklin berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai presiden Amerika Serikat.
“tak ada orang lain yang dapat disalahkan atas kekalahan yang saya alami selain diri saya sendiri. Sungguh aku merupakan musuh terbesar bagiku!” ucap Napoleon seorang buangan. Betapa bahwa ternyata yang menjadi musuh utama manusia hidup, bukan orang lain, dan tak lain hanya dirinya sendiri. Seorang melihat musuhnya yang paling ia takuti, padahal dirinyalah yang justru tidak bisa mengalahkan penyakit sendiri. Kenapa harus kalah dengan orang lain, karena ia tak bisa mengalahkan dirinya untuk menjadi seorang yang lebih hebat dari musuh luarnya tadi.
Kalo perlu kutulis celotehan Carnegie, dimeja tulisnya terdapat folder bertuliskan FOOL THINGS I HAVE DONE. Kira-kira yang artinya kebodohan-kebodohan yang telah aku lakukan. Bisa dibayangkan, betapa rapihnya ia menulis kesalahannya sendiri, aib tiap hari yang menjadi dia lemah justru ia tulis dan ia kumpulkan, tak lepas dari usahanya untuk mengalahkan pengalaman buruknya semenjak tadi pagi.

Ai Nurhidayat
Ahad, 30 Desember 2007
Kadoku untukku di 2008 ku.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »