Selalu terjadi hal yang tidak terduga. Seperti yang aku
alami pada 20-21 Mei 2014. Di tanggal itu, aku mengadakan perjalanan ke
Purbalingga untuk bertemu seorang yang katanya merupakan petani senior
pelestari benih lokal. Sebeumnya, aku memang kenal betul wajah dan cara bicara
orang ini melalui rekaman persidangan Judicial Review UU Sistem Budidaya
Tanaman di Mahkamah Konstitusi. Kakek tua 83 tahun itu bernama Gatot Surono.
Jarak rumahnya tidak terlalu jauh dari lapangan udara
Purbalingga. Seratus meter memasuki jalan Bandara, rumahnya terlihat menghadap
ke Timur. Seperti tidak berpenghuni, sepi dan kelihatan angker. Apalagi setelah
kulihat sebuah plang di teras bertuliskan Sekber 65. Aku yakin, apapun
kaitannya dengan masa lalu, orang itu memiliki peranan terutama pada saat
peristiwa 30 September 1965. Semakin penasaran, aku pun mulai mengetuk pintu.
Sementara detak jantung semakin kencang.
“Selamat sore Bu” seketika terucap dari mulutku saat melihat
sesosok wanita tua yang menampakan senyum. Meskipun sudah tua senyuman nenek
itu ramah. Terpancar dari mukanya yang putih ketenangan. Sama tenangnya dengan
gambar yang aku lihat di dinding rumahnya. Gambar Seorang pemuka Katolik. (bersambung)