Dayat

Dayat

Ada banyak Dayat. Dayat satu ini adalah seorang pengurus mesjid sebuah tajug kecil di sebuah blok seluas RT di tengah dusun Cikubang yang disebut Karangtengah. Sebelum berkisah tentang Dayat, mari telusuri asal-usul kampung ini.

Karangtengah menurut warga setempat bermula dari sebuah mumuntuk, bukit kapur karang yang jika Kampung Cikubang banjir, yang tidak terendam hanya mumuntuk itu. Bukit itu kecil, terkenal angker dan mengandung surupan air. Tempat mukim ikan seperti lele, udang, betok, sepat dan jenis ikan lain.

Bah Kidik, seorang warga yang meninggal di akhir abad lalu, mengusulkan Karangtengah diganti dengan Sukamaju. Usulan Bah Kidik diterima begitu saja lantaran sosok tua berambut putih itu seorang pertapa yang bagi sebagian penduduk menjadi tempat bertanya. Orang sekarang mungkin akan menyebutnya dukun. Entah terawangan apa yang mendorong Bah Kidik mengubah nama tempat ini menjadi Sukamaju. Sejumlah warga mengamini saja dengan harapan kampung ini benar-benar menyukai kemajuan.

Belakangan ramalan Bah Kidik benar. Setelah ada siswa dari berbagai wilayah Nusantara belajar dan tinggal di kampung itu, Sukamaju menjadi tempat yang didatangi banyak orang. Sejak tahun 2018, kampung itu memiliki sebutan baru, yaitu Kampung Nusantara. Sejak saat itu pula, tajuk yang dijadikan tempat ibadah warga itu berganti nama menjadi Mesjid Istiqlal. 

Sebagai pengurus mesjid, Dayat sering menjadi imam mesjid, muadzin, dan menabuh beduk, tukang sapu. Imam mesjid sebenarnya adalah Mang Apan, pengurus DKM di mesjid jami' atau mesjid yang sering digunakan Jumatan. Muadzin sebenarnya juga adalah Ki Ating yang sejak janari atau sebelum subuh sering melantunkan pupujian. Dayat menjadi serep imam dan muadzin manakala Mang Apan dan Ki Ating absen.

Di luar waktu shalat, Dayat adalah seorang pembimbing asrama. Setelah subuh, sosoknya akan dijumpai di dapur asrama bersama siswa yang piket untuk menanak nasi. Nasi ini menjadi makanan pokok yang akan dihidangkan untuk sarapan pagi dan makan siang siswa asrama dan keluarganya. Sekitar 60 porsi untuk sekali makan.  

Untuk makan malam, Dayat kembali memasak bersama siswa yang sudah terjadwal piket seminggu sekali. Sebagai pembimbing asrama, Dayat juga mengurusi sejumlah lahan yang hasil produksinya digunakan untuk kebutuhan lauk yang akan disantap siswa asrama. Sayuran, ubi-ubian, buah-buahan, ikan, dan padi yang ditanam dan dipelihara ini berada di 9 titik lahan miliknya dan sebagian lahan milik yayasan.

Untuk mengurusi lahan yang tersebar di beberapa desa itu, sekali waktu Dayat dibantu oleh siswa. Termasuk untuk belanja ampas tahu, memberi makan ikan, menyiapkan lahan tanam, daut,
tandur, ngarambet, panen padi, jemur padi hingga padi siap disimpan.

Setiap Sabtu, atau waktu-waktu terjadwal di sekolah, Dayat menjadi pemandu sekolah lapang. Pengalamannya dalam mengelola lahan secara ekologis sangat berguna untuk membantu siswa memahami praktik pertanian yang berkelanjutan.

Apa sesungguhnya latar belakang Dayat? Sebentar. Kita lihat dulu aktivitasnya yang lain.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »