Kejutan Membahagiakan

Aku punya cerita...

Apa yang manusia lakukan pada saat mendapat kejutan? Sebagian diantaranya merasa bahagia. Terlebih jika kejutan itu mewarnai hari spesial. Seperti momen ulang tahun.

Di sebuah perumahan Delta II, sebelah barat kota Dili, Timor Leste, aku sempat terkejutkan. Kejutan kebahagiaan setelah sebuah keluarga merayakan hari ulang tahunku. Yang bahkan di rumah sendiri tidak pernah dirayakan. Tentu saja, perayaan ini bukan tanda berlebihan dalam memperingati hari kelahiran. Akan tetapi, momen ini menjadi pemisah batas kreasi sepanjang tahun (lalu) dengan tahun berikutnya. Semuanya akan tampak lain. Terlihatlah perkembangan diri yang selama setahun sebelumnya, kini terakumulasi.

Yang mengejutkan waktu itu adalah, sebuah kue bundar buatan Ibu Maria. Ibu Maria adalah mama kandung temanku. Ibu maria tidak sempat menjumpaiku saat hari ulang tahun, begitu juga temanku. Tetapi kue itu menjadi pengganti betapa pesan penting hari ulang tahun mesti dirayakan dalam kebahagiaan.

Lantas yang membuka hajat adalah Pak Paulo, suami Ibu Maria. Seorang yang sudah beranak sepuluh, dan tanpa segan menambah anak-anak baru yang berlainan ibu, juga berbeda bapak. Seperti saat aku datang, rasanya sudah menjadi anaknya. Klaimku mungkin berlebih, tetapi perhatiannya cukup sebanding dengan ayah-ayah kebanyakan. Terselip beda, Pak Paulo tak ragu bersahabat, bersaudara, sekaligus menjadi orang tua secara bersamaan. Tak heran, temanku yang menjadi anak biologisnya merasakan pilihan sikap ayahnya itu. Dan, katanya, hal itu menjadi sikap terbaik yang diterimanya.

Saat malam perayaan ulang tahun, pak Paulo bersama beberapa anaknya; Lena, Joao, Joel, Nico dan calon menantunya Jack menyanyikan lagu “happy birthday” sambil mempersilahkanku memotong kue. Setelah itu sesi berfoto. Baru kemudian menikmati puncak acara, makan besar. Dengan masakan daging sapi khas Lena dan beberapa menu yang khas Timor Leste. Tanpa dinyana, jepretan foto itu tidak menyimpan kenangan akibat kehabisan daya. Tapi tak menjadi soal, sebab rekaman kebahagiaan sejati sudah otomatis tersimpan dalam ingatan. Sejatinya, aku bahagia.

Di luar perayaan itu, aku sendiri menikmati masa peralihan tahun sambil mencatat beberapa hal yang menjadi target formal capaian tahun berikutnya. Di usia yang melaju ke angka 23 ini, aku banyak berharap. Satu diantaranya, harapan akan pikiran dan sikapku agar lebih terbuka, toleran dan lebih kontributif. Satu harapan yang muncul setelah merasakan beberapa minggu tinggal di rumah orang yang berbeda suku, beda bangsa, beda kepercayaan, tetapi diikat dengan simpul persaudaraan. Aku ingin pikiran dan sikap seperti itu tetap terjaga dan merasakan rahmat keberagaman, lagi dan lagi sepanjang hidup.

Sambil merayakan hidangan yang ditutup minuman penutup “anggur pantat putih”, istilah Pak Paulo untuk anggur Portugal, aku membuka kembali pesan di HP. Satu diantaranya dikirim mamah. Ia mengucapkan selamat ulang tahun pada anaknya, yang sudah 10 tahun tidak menyaksikan langsung anaknya saat berulang tahun.

Sambil tersenyum, aku meletakan pesan itu dalam hati dan kembali bergabung dalam percakapan bersama Pak Paulo ce-es. Alhamdulillahirobbil’alamiin.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »