Ketika Nurani Diusik Berjuang Untuk Siapa?

Ketika Nurani Diusik Berjuang Untuk Siapa?

Tulisan ini hanya secuil dari pemberontakan rakyat yang merasa dikecewakan oleh tangan keji pejabat yang korup. Aku yakin, semua orang Indonesia menyadari negaranya kini tengah digerogoti tikus berdasi di meja parlemen. Sialnya, orang yang meneriakan hal tersebut malah dicap sebagai pembuat onar, antek komunislah, kepanjangan tangan dari pelaku politik yang kandas ditengah jalanlah. Banyak cara mereka supaya rakyat yang berteriak karena hidupnya terhimpit bisa dikendalikan dan tidak mengganggu kehidupan mereka yang serba mewah.

Aku tidak membenci semua orang yang menduduki jabatan tinggi di pemerintahan. Aku hanya kecewa bagi mereka yang cukup pandai beretorika tapi tak punya keberanian untuk berdiri melawan peluru karet yang diluncurkan dari barat sana. Kasarnya, jauhi Bank Dunia, jauhi IMF, jauhi privatisasi yang hasilnya dimakan orang asing.

Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi upaya sadar diri, mendukung suara hati-nurani bangsa? Kalau tidak dari pemimpinnya, siapa lagi yang harus memulai membangun bangsanya? Kalo tidak melepaskan negeri dari pengaruh bangsa asing, lalu akan seperti apa jadinya tanah air kita nanti?

Rakyat sudah bergerak, rakyat sudah menegur perwakilannya, rakyat sudah berdoa. Sekarang rakyat menunggu, siapa diantara pemimpinnya yang peduli pada jati diri bangsa.

Kesejahteraan bukan hanya tercantum dalam undang-undang. Keadilan bukan sekedar di meja pengadilan. Dan kemerdekaan bukan hanya tulisan tangan. Tapi semua itu harus dibuktikan dengan kenyataan dilapangan. Jika ada rakyat tani kehilangan lahan, berikan! Kija ada anak yang ingin sekolah, sekolahkan! Jika ada buruh yang minta upahnya, bayarkan! Jika ada nelayan menangis dirampas haknya, kembalikan! Pun jika pejabat berbuat culas, adili! bukan dibiarkan.


Ai Nurhidayat

Bangga jadi orang Indonesia

Karena negeri berada ditengah perjuangan


Dalam Sepuluh Menit

Dalam Sepuluh Menit
Mungkin malam nanti menjadi malam terakhir di 2007. sebelum berpikir di 2008, harusnya kutulis segala kegiatan-kegiatanku dari yang tet-tek bengek hingga hal besar yang jarang kulakukan. Semata hanya untuk ‘peta’ supaya di tahun 2008 nanti aku tak lagi melakukan hal serupa yang begitu menyakitkan dan perlahan menusuk serta membunuhku perlahan.
Tapi itu hal yang tak mungkin. Setidaknya beberapa catatan yang berhasil kusimpan. Pun tak tau dikertas mana saja. Lagi, aku salah, mengoreksi hidupku yang sudah 19 tahun ini hanya diakhir tahun menjelang ‘malam terompet’ berbunyi.
Sekitar 5 menit yang lalu, pandanganku jatuh begitu saja pada tumpukan buku milik saudaraku. Disana terselip buku kecil berwarna hijau. Judulnya ‘Perbarui Hidupmu’ karangan Dr. Muhammad Al-Ghazali. Judul ini mudah kuhafal, soalnya beberapa saat yang lalu ketika aku duduk di pesantren, pak kyai berceramah di acara Kuliah Shubuh dan merujuk sebuah kitab yang dengan bangga ia bacakan judulnya, JADDID HAYATAKA.
Dihalaman terakhir beberapa tokoh sempat disebut. Napoleon, Dale Carnegie, Benyamin Franklin, juga penulis buku ini. Kebetulan bab ini menceritakan ‘koreksi diri anda’, belum kubaca seluruhnya, hanya tahu judul bab dari headernya saja. Sebuah hal menarik ternyata, bahwa mereka tokoh-tokoh yang kusebutkan tadi ternyata telah menulis catatan yang tak pernah hilang dari mejanya tentang kesalahan dan hal-hal yang telah mereka kerjakan sebagai bahan koreksi. H.P Howell yang lupa tak kutulis tadi, seorang pemuka perdagangan di negeri Paman Syam itu menyiapkan malam sabtunya untuk mempelajari seluruh peristiwa yang telah dilakukannya selama satu minggu.
Lebih lagi yang dilakukan mantan presiden dari negeri yang sama ini. Franklin tak pernah lupa ditiap malamnya untuk menganalisa apa yang telah ia lakukan seharian. Bagaimana tidak, karena perlakuan yang harus segera aku tiru itu, Franklin berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai presiden Amerika Serikat.
“tak ada orang lain yang dapat disalahkan atas kekalahan yang saya alami selain diri saya sendiri. Sungguh aku merupakan musuh terbesar bagiku!” ucap Napoleon seorang buangan. Betapa bahwa ternyata yang menjadi musuh utama manusia hidup, bukan orang lain, dan tak lain hanya dirinya sendiri. Seorang melihat musuhnya yang paling ia takuti, padahal dirinyalah yang justru tidak bisa mengalahkan penyakit sendiri. Kenapa harus kalah dengan orang lain, karena ia tak bisa mengalahkan dirinya untuk menjadi seorang yang lebih hebat dari musuh luarnya tadi.
Kalo perlu kutulis celotehan Carnegie, dimeja tulisnya terdapat folder bertuliskan FOOL THINGS I HAVE DONE. Kira-kira yang artinya kebodohan-kebodohan yang telah aku lakukan. Bisa dibayangkan, betapa rapihnya ia menulis kesalahannya sendiri, aib tiap hari yang menjadi dia lemah justru ia tulis dan ia kumpulkan, tak lepas dari usahanya untuk mengalahkan pengalaman buruknya semenjak tadi pagi.

Ai Nurhidayat
Ahad, 30 Desember 2007
Kadoku untukku di 2008 ku.